BeverlyLine - Wasting Time

 


“Wasting Time” adalah lagu dari Beverlyline yang menggambarkan kepedihan emosional akibat cinta yang tidak berbalas dan janji yang dikhianati. Lagu ini dirilis sebagai bagian dari eksplorasi musik indie yang melankolis dan reflektif, dengan lirik yang menyentuh dan aransemen yang sederhana namun penuh nuansa. Melalui lagu ini, Beverlyline menyuarakan pengalaman batin seseorang yang merasa terjebak dalam kenangan dan harapan yang tidak pernah menjadi kenyataan.

Lirik-lirik dalam “Wasting Time” mengisahkan seorang tokoh yang menangis sendirian di kamar, dihantui oleh bayangan seseorang yang pernah ia cintai. Malam terasa dingin, dan setiap kali ia memejamkan mata, kenangan tentang orang itu kembali menghantuinya. Ada rasa percaya yang dulu ia pegang teguh—bahwa orang tersebut tidak akan pernah pergi—namun kenyataan berkata lain. Janji-janji seperti “Aku cinta kamu sampai aku mati” berubah menjadi kebohongan yang menyisakan luka mendalam.

Makna utama dari lagu ini terletak pada kesadaran bahwa waktu dan energi yang telah dicurahkan untuk hubungan tersebut ternyata sia-sia. Tokoh dalam lagu menyadari bahwa ia telah berharap pada sesuatu yang tidak akan pernah ia temukan. Harapan itu telah membawanya terlalu jauh, hingga ia merasa tenggelam dalam kesedihan dan kehilangan. Ada lubang yang ditinggalkan di hatinya, sebuah kekosongan yang tidak mudah diisi kembali.

Secara emosional, “Wasting Time” adalah potret keputusasaan yang tenang. Lagu ini tidak meledak dalam kemarahan, melainkan meresap perlahan seperti kabut yang menyelimuti hati. Ia mengajak pendengar untuk merasakan kedalaman luka yang tidak selalu terlihat dari luar. Dalam dunia yang sering kali menuntut kita untuk cepat pulih dan melupakan, lagu ini memberi ruang untuk mengakui bahwa proses penyembuhan membutuhkan waktu, dan bahwa rasa sakit adalah bagian dari perjalanan itu.

Dari sudut pandang musikal, Beverlyline menggunakan pendekatan minimalis yang memperkuat kesan intim dan personal. Vokal yang lembut dan instrumen yang tidak berlebihan menciptakan atmosfer yang mendukung narasi emosional lagu. Ini bukan lagu yang dibuat untuk panggung besar, melainkan untuk ruang-ruang sunyi di mana seseorang duduk sendiri dan merenungkan apa yang telah terjadi dalam hidupnya.

Lagu ini juga bisa dibaca sebagai refleksi atas dinamika hubungan yang tidak sehat, di mana satu pihak memberikan segalanya sementara pihak lain hanya memberi janji kosong. Dalam konteks tersebut, “Wasting Time” menjadi semacam peringatan halus agar kita tidak terlalu larut dalam cinta yang tidak memberi timbal balik. Ia mengajak kita untuk mengenali nilai diri sendiri dan untuk tidak terus-menerus menunggu sesuatu yang tidak akan datang.

Namun, di balik kesedihan yang mendalam, lagu ini juga menyimpan benih kekuatan. Kesadaran bahwa waktu telah terbuang bukanlah akhir dari segalanya, melainkan awal dari pemulihan. Dengan mengakui bahwa ia telah tersesat dalam harapan yang palsu, tokoh dalam lagu mulai membuka ruang untuk menemukan arah baru. Lagu ini menjadi titik balik, di mana luka tidak lagi disembunyikan, tetapi diakui sebagai bagian dari proses menjadi lebih kuat.

“Wasting Time” bukan hanya lagu tentang patah hati, tetapi juga tentang keberanian untuk melihat kenyataan dan melepaskan ilusi. Ia mengajarkan bahwa cinta sejati tidak datang dari kata-kata manis yang tidak ditepati, melainkan dari kejujuran dan kesetiaan yang nyata. Lagu ini menjadi teman bagi siapa saja yang pernah merasa ditinggalkan, dan sekaligus menjadi pengingat bahwa kita berhak untuk berhenti menunggu dan mulai melangkah maju.

Dalam lanskap musik indie Indonesia, Beverlyline menghadirkan suara yang jujur dan relevan. “Wasting Time” adalah contoh bagaimana musik bisa menjadi ruang untuk menyuarakan emosi yang sering kali sulit diungkapkan. Lagu ini tidak menawarkan solusi instan, tetapi memberi pelukan bagi jiwa yang sedang berproses. Ia mengajak kita untuk tidak takut merasa, dan untuk percaya bahwa dari rasa sakit pun, bisa tumbuh kekuatan yang baru.

Komentar

Postingan Populer