SYML - How It Was It Will Never Be Again
“How It Was It Will Never Be Again” karya SYML adalah sebuah lagu yang menyuarakan kesedihan mendalam, refleksi pribadi, dan kesadaran akan perubahan yang tak terelakkan dalam hidup. Dirilis pada Desember 2024 sebagai bagian dari album Nobody Lives Here, lagu ini menjadi salah satu karya paling emosional dari SYML, yang dikenal karena kemampuannya merangkai lirik-lirik yang jujur dan menyentuh, dibalut dengan aransemen musik yang atmosferik dan melankolis.
Lagu ini dibuka dengan gambaran tentang seseorang yang sedang berada dalam kondisi rapuh. “I was shaking, falling to pieces, talking in circles just to keep upright” adalah baris yang menggambarkan ketidakstabilan emosional, usaha untuk tetap berdiri meski hati dan pikiran sedang kacau. Sang narator tidak menyembunyikan kelemahannya, melainkan mengakuinya dengan jujur. Ia sedang berada di titik di mana segala hal terasa berat, dan satu-satunya cara untuk bertahan adalah dengan terus berbicara, meski tanpa arah.
Dalam lirik berikutnya, SYML menyebut bahwa anaknya telah menyaksikan momen-momen rapuh ini sebelumnya. “My son has seen this two times before, one last goodbye and when he was born” adalah pengakuan bahwa kehidupan berjalan dalam siklus yang tidak selalu indah. Ada momen perpisahan, ada momen kelahiran, dan keduanya sama-sama penuh emosi. Lagu ini menyampaikan bahwa anak-anak pun menjadi saksi dari perjalanan emosional orang tua mereka, dan bahwa kehidupan tidak bisa disembunyikan dari mereka. Ini adalah bentuk kejujuran yang menyentuh, bahwa menjadi orang tua bukan berarti harus selalu kuat, tetapi juga berarti menunjukkan sisi manusiawi yang sebenarnya.
Makna mendalam dari lagu ini terletak pada pengakuan bahwa masa lalu tidak bisa diulang. “How it was, it will never be again” adalah kalimat yang menjadi inti dari lagu ini, diulang dalam bagian chorus sebagai mantra yang menyakitkan namun jujur. SYML menyampaikan bahwa tidak peduli seberapa besar kita merindukan masa lalu, tidak peduli seberapa indah kenangan itu, semuanya telah berlalu dan tidak akan kembali. Lagu ini menjadi refleksi tentang waktu, tentang kehilangan, dan tentang bagaimana manusia harus belajar menerima bahwa perubahan adalah bagian dari hidup.
Dalam bait kedua, SYML mengenang masa muda dan momen-momen penting dalam hidupnya. “Young September like it was last year, swimming in shallows of the southern shore” adalah gambaran tentang kenangan yang indah namun sudah jauh. Ia menyebut bahwa ada dua momen dalam hidupnya yang membuatnya benar-benar menginginkan sesuatu: ketika ia menikah dan ketika ia dilahirkan. Ini adalah pengakuan bahwa cinta dan kehidupan adalah dua hal yang paling mendasar dan paling kuat dalam membentuk identitas seseorang. Namun, meski kenangan itu indah, ia tetap menyadari bahwa semuanya telah berubah.
Lagu ini juga menyentuh tema tentang identitas dan pencarian makna. Dalam bagian bridge, SYML bertanya, “Is it the sound of the secret chord? Or the smell of your family home?” Dua pertanyaan ini menggambarkan pencarian akan sesuatu yang familiar, sesuatu yang bisa membuatnya merasa utuh kembali. Ia mencari suara yang bisa menyembuhkan, aroma yang bisa membawa pulang, namun semuanya terasa jauh dan tak terjangkau. Lagu ini menjadi perjalanan batin seseorang yang sedang mencoba memahami dirinya sendiri di tengah perubahan yang tak bisa ia kendalikan.
Secara musikal, “How It Was It Will Never Be Again” dibalut dengan aransemen yang minimalis namun penuh atmosfer. Piano yang lembut, vokal SYML yang penuh emosi, dan ruang kosong dalam komposisi menciptakan suasana yang intim dan reflektif. Lagu ini tidak berusaha menjadi megah, melainkan memilih untuk menjadi sunyi dan jujur. Ia mengajak pendengar untuk masuk ke dalam ruang batin sang narator, untuk merasakan setiap denyut kerinduan, penyesalan, dan penerimaan.
SYML, melalui lagu ini, menunjukkan bahwa musik bisa menjadi medium untuk menyampaikan perasaan yang paling dalam dan paling manusiawi. “How It Was It Will Never Be Again” bukan hanya lagu tentang kehilangan, tetapi juga tentang keberanian untuk menerima kenyataan. Ia mengajarkan bahwa tidak apa-apa untuk merasa sedih, untuk merindukan masa lalu, dan untuk mengakui bahwa hidup tidak selalu berjalan sesuai harapan. Lagu ini menjadi pelukan dalam bentuk suara, menjadi doa yang dinyanyikan dengan penuh harap, dan menjadi pengingat bahwa dalam setiap akhir, selalu ada awal yang menunggu untuk ditemukan.


Komentar
Posting Komentar