Menundukkan Nafsu, Menemukan Jalan Kesucian
Dalam kehidupan spiritual, titik tolak dari segala kebaikan dan keburukan terletak pada sikap seseorang terhadap hawa nafsunya. Nafsu adalah bagian dari diri manusia yang cenderung mengajak kepada kesenangan, kelalaian, dan pembangkangan terhadap perintah Allah. Ketika seseorang ridha terhadap nafsunya, maka ia telah membuka pintu bagi maksiat, kelalaian, dan syahwat. Sebaliknya, ketika ia tidak ridha terhadap hawa nafsunya, maka ia telah menapaki jalan ketaatan, kewaspadaan, dan kesucian. Inilah prinsip dasar yang menjadi fondasi bagi perjalanan ruhani seorang hamba.
Ridha terhadap nafsu berarti membiarkan dorongan batin yang rendah menguasai pikiran dan tindakan. Ia tidak lagi memilah antara yang benar dan yang batil, antara yang halal dan yang haram, antara yang membawa kepada Allah dan yang menjauhkan dari-Nya. Nafsu yang dibiarkan tumbuh tanpa kendali akan menjerumuskan seseorang ke dalam maksiat, membuatnya lalai dari dzikir, dan menjadikannya budak syahwat. Ia akan kehilangan arah, kehilangan cahaya, dan kehilangan kesadaran. Maka, ridha terhadap nafsu bukanlah kelembutan, melainkan kelalaian yang berbahaya.
Sebaliknya, tidak ridha terhadap hawa nafsu adalah bentuk penjagaan diri yang paling dalam. Ia bukan sekadar penolakan terhadap dorongan batin, tetapi juga bentuk kesadaran bahwa nafsu adalah ujian yang harus dihadapi dengan ilmu, amal, dan keteguhan hati. Ketika seseorang tidak ridha terhadap nafsunya, ia akan lebih waspada dalam bertindak, lebih jernih dalam berpikir, dan lebih bersih dalam niat. Ia akan memilih jalan yang diridhai Allah, meskipun berat. Ia akan menolak kesenangan sesaat demi kebahagiaan abadi. Dan dalam penolakan itu, ia menemukan kekuatan, ketenangan, dan kedekatan kepada Tuhan.
Dalam konteks ini, persahabatan pun menjadi ujian. Bersahabat dengan orang jahil yang tidak memperturutkan hawa nafsunya lebih baik daripada bersahabat dengan orang alim yang tunduk pada hawa nafsunya. Karena yang menentukan bukanlah tingkat ilmu, tetapi sikap terhadap nafsu. Orang jahil yang menjaga dirinya dari nafsu memiliki hati yang bersih, niat yang lurus, dan langkah yang terarah. Ia mungkin belum banyak tahu, tetapi ia telah memilih jalan yang benar. Sementara orang alim yang tunduk pada nafsu telah menjadikan ilmunya sebagai alat untuk membenarkan kesalahan, untuk memperkuat ego, dan untuk menutupi kelemahan batin. Ia tahu banyak, tetapi tidak berjalan. Ia bicara banyak, tetapi tidak menyucikan diri.
Ilmu yang tidak mampu menundukkan nafsu bukanlah ilmu yang bermanfaat. Ia hanya menjadi beban, menjadi kebanggaan kosong, dan menjadi hijab antara hati dan Allah. Sebaliknya, kejahilan yang disertai dengan penjagaan terhadap nafsu adalah awal dari ilmu yang sejati. Karena hati yang bersih akan mudah menerima cahaya, jiwa yang tunduk akan mudah dibimbing, dan langkah yang lurus akan mudah sampai. Maka, ukuran kebaikan bukanlah pada banyaknya pengetahuan, tetapi pada sikap terhadap nafsu. Dan dalam sikap itulah, seseorang menunjukkan siapa dirinya yang sebenarnya.
Menundukkan nafsu adalah tugas seumur hidup. Ia tidak selesai dalam satu malam, tidak tuntas dalam satu ibadah, dan tidak cukup dengan satu nasihat. Ia adalah perjuangan yang terus-menerus, yang membutuhkan muhasabah, muraqabah, dan mujahadah. Ia menuntut agar seorang hamba terus memperbaiki diri, terus menjaga hati, dan terus mengingat Allah. Dan dalam perjuangan itu, ia akan menemukan bahwa kesucian bukanlah hasil dari pengetahuan semata, tetapi buah dari penolakan terhadap hawa nafsu.
Inilah jalan para pencari Tuhan. Jalan yang tidak mudah, tetapi penuh cahaya. Jalan yang tidak ramai, tetapi penuh makna. Jalan yang tidak menjanjikan kesenangan dunia, tetapi menjanjikan kedekatan yang hakiki. Maka, janganlah ridha terhadap nafsu, karena ia adalah pangkal segala keburukan. Dan janganlah meremehkan orang yang menjaga dirinya dari nafsu, karena ia telah memilih jalan yang benar, meskipun belum banyak tahu. Karena pada akhirnya, yang akan menyelamatkan bukanlah banyaknya ilmu, tetapi bersihnya hati dan lurusnya langkah dalam menempuh jalan menuju Allah.



Komentar
Posting Komentar