Menjaga Kesadaran Tauhid dalam Doa dan Permintaan



Dalam perjalanan spiritual seorang hamba, doa dan permintaan kepada Allah adalah bagian yang tak terpisahkan. Namun, dalam hikmah yang mendalam dari para arifin, terdapat peringatan yang halus namun tegas tentang bagaimana seharusnya seorang hamba bersikap dalam berdoa. Ibnu ‘Athaillah as-Sakandari dalam kitab Al-Hikam menyampaikan bahwa permintaan seorang hamba kepada Allah bisa menjadi bentuk tuduhan terhadap-Nya. Permintaan agar Allah mendekatkan diri kepada-Nya menunjukkan bahwa sang hamba merasa jauh, dan permintaan kepada selain-Nya adalah tanda bahwa ia tidak memiliki rasa malu kepada-Nya. Semua ini menunjukkan bahwa permintaan yang tidak disertai dengan kesadaran tauhid bisa menjadi cermin dari jauhnya hati dari Tuhan.

Ketika seorang hamba meminta sesuatu kepada Allah, ia harus menyadari bahwa Allah Maha Mengetahui, Maha Bijaksana, dan Maha Penyayang. Permintaan yang lahir dari keluhan, ketidaksabaran, atau ketidakpercayaan terhadap hikmah-Nya bisa menjadi bentuk tuduhan bahwa Allah belum memberikan yang terbaik. Padahal, setiap takdir yang Allah tetapkan adalah bentuk kasih sayang dan pengaturan yang sempurna. Maka, permintaan yang tidak disertai dengan adab dan kesadaran tauhid bisa menjadi tanda bahwa hati belum benar-benar mengenal Tuhan.

Permintaan agar Allah mendekatkan diri kepada hamba juga perlu direnungi. Allah tidak pernah jauh dari hamba-Nya. Yang jauh adalah hati sang hamba, bukan Tuhan. Maka, permintaan seperti itu menunjukkan bahwa sang hamba belum menyadari kedekatan Allah yang selalu ada. Ia belum merasakan kehadiran-Nya dalam setiap detik kehidupan. Ia belum membuka hati untuk menerima cahaya-Nya. Maka, yang perlu diminta bukanlah agar Allah mendekat, tetapi agar hati sang hamba dibuka untuk menyadari kedekatan itu.

Lebih jauh lagi, permintaan kepada selain Allah adalah bentuk kelalaian yang lebih dalam. Ketika seorang hamba meminta kepada makhluk, kepada kekuatan dunia, atau kepada hal-hal yang tidak memiliki kuasa, maka ia telah berpaling dari sumber segala kekuatan. Ia telah menunjukkan bahwa hatinya tidak malu kepada Allah, karena ia mencari pertolongan di tempat yang tidak layak. Ia telah menunjukkan bahwa ia jauh dari Allah, karena ia tidak merasa cukup dengan-Nya. Padahal, hanya kepada Allah-lah segala permintaan seharusnya ditujukan. Hanya kepada-Nya-lah segala harapan seharusnya digantungkan.

Kesadaran tauhid menuntun seorang hamba untuk menjadikan Allah sebagai satu-satunya tempat bergantung. Ia tidak akan meminta kepada selain-Nya, karena ia tahu bahwa selain Allah tidak memiliki kuasa apa pun. Ia tidak akan memohon agar Allah mendekat, karena ia tahu bahwa Allah selalu dekat. Ia tidak akan meminta dengan keluhan, karena ia tahu bahwa Allah telah mengatur segalanya dengan sempurna. Ia akan berdoa dengan penuh adab, dengan penuh kesadaran, dan dengan penuh cinta.

Dalam doa yang benar, tidak ada tuntutan, tidak ada keluhan, tidak ada tuduhan. Yang ada hanyalah penyerahan diri, pengakuan kelemahan, dan permohonan agar hati dibuka untuk menerima kehendak-Nya. Doa bukanlah alat untuk memaksa Tuhan, tetapi jembatan untuk mendekatkan diri kepada-Nya. Doa bukanlah sarana untuk mengubah takdir, tetapi cara untuk memahami dan menerima takdir dengan lapang dada.

Seorang hamba yang telah memahami makna ini akan berdoa dengan tenang. Ia tidak akan tergesa-gesa meminta perubahan keadaan. Ia tidak akan memohon hal-hal yang lahir dari nafsu. Ia akan memohon agar hatinya dibersihkan, agar jiwanya dikuatkan, agar langkahnya dituntun. Ia akan memohon agar ia tidak meminta kepada selain Allah, agar ia tidak merasa jauh dari-Nya, agar ia tidak menuduh-Nya dalam doa-doanya.

Inilah doa yang lahir dari kesadaran tauhid. Doa yang tidak hanya meminta, tetapi juga menyadari. Doa yang tidak hanya berharap, tetapi juga berserah. Doa yang tidak hanya mengucap, tetapi juga merasakan. Dan dalam doa seperti inilah, seorang hamba akan menemukan kedekatan yang sejati, ketenangan yang hakiki, dan cinta yang tulus kepada Tuhan. Karena ia tidak lagi meminta untuk dirinya, tetapi meminta agar dirinya menjadi milik-Nya sepenuhnya.

Komentar

Postingan Populer