Melihat Cahaya di Balik Kegelapan Alam: Menyingkap Tabir Manifestasi Ilahi
Dalam pandangan spiritual yang mendalam, alam semesta bukanlah sumber cahaya, melainkan wadah yang menerima dan memantulkan cahaya Ilahi. Ia pada dasarnya gelap, tidak memiliki sinar sendiri, dan hanya menjadi terang karena Allah menampakkan diri-Nya di dalamnya. Pernyataan ini bukan sekadar metafora, melainkan sebuah prinsip tauhid yang mengajak manusia untuk melihat hakikat di balik bentuk, dan menyaksikan kehadiran Tuhan di balik segala ciptaan.
Ketika seseorang memandang alam—langit, bumi, laut, manusia, peristiwa—namun tidak menyaksikan Allah di dalamnya, bersamanya, sebelum atau sesudahnya, maka ia belum melihat dengan mata hati. Ia masih terhijab oleh bentuk-bentuk lahiriah, oleh benda-benda yang tampak, dan belum menembus ke dalam makna yang tersembunyi. Dalam keadaan seperti ini, ia sangat memerlukan cahaya. Bukan cahaya matahari, tetapi cahaya makrifat: cahaya yang menyingkap, bukan sekadar menerangi.
Alam semesta adalah ciptaan, bukan pencipta. Ia tidak memiliki kekuatan sendiri, tidak memiliki kehendak sendiri, dan tidak memiliki cahaya sendiri. Ia seperti cermin yang memantulkan cahaya, atau seperti layar yang menampilkan gambar. Yang tampak di dalamnya adalah manifestasi dari kehendak dan keindahan Allah. Maka, ketika seseorang melihat keindahan alam, ia seharusnya melihat keindahan Sang Pencipta. Ketika ia melihat keteraturan, ia seharusnya melihat kebijaksanaan-Nya. Ketika ia melihat perubahan, ia seharusnya melihat kekuasaan-Nya.
Namun, jika seseorang hanya berhenti pada bentuk, ia akan tertipu. Ia akan mengira bahwa alam memiliki kekuatan sendiri. Ia akan mengagumi ciptaan, tetapi melupakan Pencipta. Dan di sinilah kegelapan itu bermula: ketika cahaya Ilahi tertutup oleh kabut benda-benda dunia.
Dalam kutipan tersebut, disebutkan bahwa “surya makrifat terhalang oleh awan benda-benda alam.” Ini adalah gambaran yang sangat kuat. Makrifat adalah matahari yang menerangi hati, tetapi ia bisa tertutup oleh awan—yaitu keterikatan terhadap dunia, kekaguman terhadap bentuk, dan kelalaian terhadap hakikat. Awan ini tidak selalu tampak gelap. Kadang ia berupa kenikmatan, kesibukan, bahkan ilmu yang tidak mengantarkan kepada Allah.
Ketika hati tertutup oleh awan benda-benda, ia tidak bisa melihat cahaya. Ia bisa sibuk dengan aktivitas spiritual, tetapi tidak merasakan kehadiran Tuhan. Ia bisa membaca kitab, tetapi tidak menangkap makna. Ia bisa beribadah, tetapi tidak merasakan kedekatan. Maka, tugas seorang hamba adalah menyingkirkan awan itu, agar surya makrifat bisa bersinar kembali.
Makrifat bukanlah melihat Allah secara fisik, tetapi menyaksikan kehadiran-Nya dalam segala sesuatu. Ketika seseorang melihat hujan, ia tidak hanya melihat air yang turun, tetapi rahmat yang mengalir. Ketika ia melihat kematian, ia tidak hanya melihat akhir kehidupan, tetapi pintu menuju perjumpaan. Ketika ia melihat kesulitan, ia tidak hanya melihat ujian, tetapi panggilan untuk kembali.
Penyaksian seperti ini tidak datang dengan sendirinya. Ia membutuhkan latihan batin, dzikir yang mendalam, dan pembacaan terhadap tanda-tanda Ilahi. Ia membutuhkan hati yang bersih, pikiran yang jernih, dan jiwa yang terbuka. Dan ketika penyaksian itu hadir, alam tidak lagi gelap. Ia menjadi terang, bukan karena dirinya, tetapi karena Allah yang menampakkan diri di dalamnya.
Alam ini serba gelap. Ia menjadi terang hanya karena Allah menampakkan diri-Nya. Maka, tugas seorang hamba bukanlah sekadar mengagumi alam, tetapi menyaksikan Allah di dalamnya. Bukan sekadar memahami bentuk, tetapi menangkap makna. Bukan sekadar hidup di dunia, tetapi berjalan menuju cahaya.
Jika seseorang belum melihat Allah dalam atau bersama alam, sebelum atau sesudahnya, maka ia belum melihat dengan mata hati. Ia masih memerlukan cahaya. Dan cahaya itu adalah makrifat: penyaksian yang menyingkap, bukan sekadar menerangi. Maka, mari kita bersihkan hati dari awan benda-benda, agar surya makrifat bisa bersinar, dan kita bisa melihat alam bukan sebagai gelap, tetapi sebagai cermin cahaya Ilahi.



Komentar
Posting Komentar