Melepaskan Sifat Kemanusiaan untuk Menyambut Panggilan Ilahi
Dalam perjalanan menuju Allah, seorang hamba tidak cukup hanya dengan amal lahiriah atau pengetahuan semata. Ia harus menempuh jalan batin yang dalam, menyelami hakikat dirinya, dan melepaskan segala sifat yang bertentangan dengan ubudiyah. Ubudiyah adalah keadaan tunduk sepenuhnya kepada Allah, tanpa syarat, tanpa pamrih, dan tanpa keterikatan pada selain-Nya. Maka, keluar dari sifat-sifat kemanusiaan yang menyalahi ubudiyah adalah syarat penting agar seorang hamba mudah menyambut panggilan Al-Haq dan mendekat ke hadirat-Nya.
Sifat-sifat kemanusiaan yang dimaksud bukanlah hakikat manusia sebagai makhluk, tetapi kecenderungan-kecenderungan batin yang menjauhkan dari penghambaan sejati. Di antaranya adalah kesombongan, cinta dunia, ambisi pribadi, kelalaian, dan keengganan untuk berserah. Sifat-sifat ini tumbuh dari nafsu, dari keterikatan pada hal-hal yang fana, dan dari ketidaksadaran akan kehadiran Allah. Selama sifat-sifat ini masih bersemayam dalam hati, maka panggilan Ilahi akan sulit terdengar, cahaya-Nya akan sulit masuk, dan kedekatan akan tetap menjadi angan-angan.
Melepaskan sifat-sifat ini bukanlah pekerjaan ringan. Ia membutuhkan mujahadah, perjuangan batin yang terus-menerus. Seorang hamba harus berani melihat ke dalam dirinya, mengakui kelemahan, dan bersedia berubah. Ia harus membersihkan hati dari segala bentuk kesyirikan halus, dari segala kecintaan yang melampaui batas, dan dari segala harapan yang tidak tertuju kepada Allah. Ia harus menjadikan ubudiyah sebagai pusat hidupnya, sebagai arah dari setiap langkah, dan sebagai tujuan dari setiap amal.
Ketika seorang hamba berhasil keluar dari sifat-sifat kemanusiaan yang menyalahi ubudiyah, maka ia akan menjadi ringan. Hatinya tidak lagi terbebani oleh ambisi, pikirannya tidak lagi dipenuhi oleh keraguan, dan jiwanya tidak lagi terikat oleh dunia. Ia akan mudah menyambut panggilan Allah, karena tidak ada lagi hijab yang menghalangi. Ia akan mudah mendekat ke hadirat-Nya, karena tidak ada lagi beban yang menahan. Ia akan berjalan dengan tenang, dengan lapang, dan dengan penuh cinta.
Panggilan Al-Haq bukanlah suara yang terdengar oleh telinga, tetapi getaran yang dirasakan oleh hati. Ia hadir dalam kesadaran, dalam keheningan, dan dalam kejernihan jiwa. Ia tidak bisa disambut oleh hati yang sibuk, oleh jiwa yang penuh ambisi, atau oleh pikiran yang penuh keluhan. Ia hanya bisa disambut oleh hati yang bersih, oleh jiwa yang tunduk, dan oleh pikiran yang tenang. Maka, melepaskan sifat-sifat kemanusiaan adalah jalan untuk membuka ruang batin agar panggilan itu bisa masuk dan menetap.
Dalam kehidupan sehari-hari, proses ini bisa dimulai dengan kejujuran terhadap diri sendiri. Mengakui bahwa masih ada sifat yang menyalahi ubudiyah, bahwa masih ada kecenderungan yang menjauhkan dari Allah, dan bahwa masih ada hijab yang perlu disingkap. Kemudian dilanjutkan dengan memperbanyak dzikir, memperdalam ilmu, memperbaiki niat, dan memperkuat amal. Setiap langkah yang diiringi dengan kesadaran akan membawa seorang hamba lebih dekat kepada Allah, lebih ringan dalam menyambut panggilan-Nya, dan lebih lapang dalam menjalani hidup.
Inilah jalan para pencari Tuhan, jalan yang tidak hanya menuntut ilmu, tetapi juga menuntut perubahan batin. Jalan yang tidak hanya mengandalkan amal, tetapi juga mengandalkan keikhlasan. Jalan yang tidak hanya berjalan dengan kaki, tetapi juga dengan hati. Dan dalam perjalanan seperti ini, seorang hamba akan menemukan bahwa panggilan Allah selalu ada, selalu dekat, dan selalu menunggu untuk disambut oleh hati yang telah bersih dari sifat-sifat yang menyalahi ubudiyah.



Komentar
Posting Komentar