Kisah Pak Ujang dan Ikan Bandeng Ajaib dari Karawang Pesisir
Di sebuah kampung nelayan di pesisir Karawang, hiduplah seorang bapak tua bernama Pak Ujang. Ia terkenal bukan karena hasil tangkapan ikannya, tapi karena mulutnya yang tak pernah berhenti bicara dan ide-idenya yang kadang terlalu kreatif untuk ukuran kampung. Setiap pagi, Pak Ujang akan berangkat melaut dengan perahu kecilnya yang sudah miring sebelah, tapi ia bersikeras bahwa itu bukan miring, melainkan “gaya aerodinamis lokal.”
Suatu hari, Pak Ujang pulang dari laut dengan wajah sumringah. Di tangannya, ia membawa seekor ikan bandeng yang ukurannya luar biasa besar. Warga kampung pun berkumpul, penasaran. “Ini bukan bandeng biasa,” kata Pak Ujang dengan gaya seperti sedang pidato di depan DPR. “Ini bandeng ajaib. Kalau dimasak, bisa bikin orang pintar!”
Anak-anak kampung langsung heboh. “Pak, saya mau makan biar bisa lulus ujian!” teriak si Didi. “Saya juga, biar bisa ngerti matematika!” sambung si Rina. Pak Ujang pun membuat pengumuman: siapa pun yang mau makan bandeng ajaib harus ikut kuis dulu. “Biar adil, yang pintar makan duluan,” katanya.
Kuis pun dimulai. Pertanyaan pertama: “Apa nama ikan yang bisa terbang?” Semua anak menjawab “ikan terbang.” Pak Ujang menggeleng. “Salah! Jawabannya: ikan yang naik pesawat!” Anak-anak pun bingung, tapi tertawa.
Pertanyaan kedua: “Kenapa ikan di laut nggak pernah ke darat?” Si Didi menjawab, “Karena nggak punya kaki.” Pak Ujang kembali menggeleng. “Salah! Karena mereka takut kena tilang nggak pakai helm!”
Akhirnya, karena semua jawaban dianggap salah, Pak Ujang memutuskan untuk memasak bandeng ajaib itu sendiri. Tapi begitu dimasak, rasanya biasa saja. Bahkan agak amis. “Mungkin ajaibnya cuma di imajinasi,” gumam Pak Ujang sambil mengunyah pelan.
Besoknya, warga kampung melihat Pak Ujang duduk termenung di pinggir pantai. “Pak, kenapa?” tanya seorang ibu. “Saya makan bandeng ajaib, tapi kok malah lupa nama saya sendiri,” jawabnya sambil garuk kepala.
Sejak hari itu, bandeng ajaib jadi legenda di Karawang pesisir. Bukan karena keajaibannya, tapi karena tawa yang ditinggalkannya. Dan Pak Ujang? Ia tetap melaut dengan perahu miringnya, sambil sesekali berteriak, “Siapa mau ikan yang bisa bikin jadi presiden?” Warga pun tertawa, karena di kampung itu, tawa adalah hasil tangkapan terbaik dari laut Karawang.



Komentar
Posting Komentar