Jalan Pulang
Mungkin aku, kau lihat sebagai luka yang belum sembuh, namun kehadiranmu bagiku adalah dzikir yang menenangkan kalbu, seperti angin lembut yang menyapu debu kesedihan, mengingatkanku bahwa Tuhan tak pernah meninggalkan yang rapuh.
Mungkin hatimu mendamba sosok yang sempurna tanpa cela, namun kehadiranmu justru mengajarkanku makna cinta yang menerima tanpa syarat, seperti kasih Ilahi yang tak memilih, melainkan memeluk seluruh yang retak dengan kelembutan yang tak terucap.
Mungkin aku kau anggap sebagai kekurangan yang tak layak dirayakan, namun kehadiranmu adalah rahmat yang mengajarkanku bahwa kasih sayang tak selalu lahir dari kesempurnaan, melainkan dari kerelaan hati yang berserah, dari jiwa yang tahu bahwa cinta sejati adalah ibadah yang sunyi.
Kini aku tak lagi menggenggam luka dengan marah, melainkan menyerahkannya kepada Sang Pemilik Hati yang Maha Menyembuhkan tanpa syarat, yang menjadikan air mata sebagai jalan menuju ketenangan.
Kehadiranmu bukan sekadar pelipur, tapi tanda bahwa harapan baru bisa tumbuh dari tanah yang pernah tandus, bahwa cinta bisa bersemi di hati yang pernah patah, seperti hujan pertama yang turun di musim kemarau panjang.
Aku tak lagi menuntut kesempurnaan, karena aku tahu, dalam kelemahan pun ada ruang untuk rahmat, dan dalam keterbatasan, ada tempat bagi cahaya, yang menuntunku pulang kepada-Nya.
Maka aku berserah, bukan sebagai bentuk putus asa, melainkan sebagai jalan pulang, menuju cinta yang tak menuntut, menuju harapan yang tak lekang, menuju Tuhan yang tak pernah menjauh, yang selalu menunggu di sepertiga malam, saat hati paling jujur berbicara.



Komentar
Posting Komentar