Ujang dan Lele Sakti dari Cikembar



Di kampung Cikembar, Sukabumi, hiduplah seorang pemuda bernama Ujang yang punya cita-cita jadi juragan lele. Tapi bukan lele biasa—lele peliharaan Ujang katanya bisa “ngambek” kalau dikasih pakan sembarangan. Warga kampung menyebutnya “Lele Sakti.”

Suatu pagi, Ujang hendak memberi makan lele-lelenya. Ia bawa pelet, tapi karena kehabisan, ia campur dengan kerupuk sisa hajatan. Begitu dilempar ke kolam, lele-lelenya malah berenang menjauh.

“Waduh, lele Cikembar mah punya selera tinggi,” gumam Ujang sambil garuk-garuk kepala.

Datanglah Mang Didi, tetangga yang suka ngasih saran walau nggak diminta.

“Jang, lele mah kudu dikasih pelet rasa cinta, bukan kerupuk rasa dendam,” katanya sambil ngopi di bawah pohon jambu.

Ujang bingung. “Pelet rasa cinta teh kumaha, Mang?”

“Eta mah pelet nu dibeli sambil senyum. Mun belinya sambil ngedumel, lele bisa sakit hati,” jawab Mang Didi dengan gaya sok bijak.

Besoknya, Ujang ke toko pakan sambil senyum lebar. Bahkan dia nyanyi lagu Sunda sepanjang jalan. Begitu pelet dilempar ke kolam, lele-lelenya langsung berebut makan, bahkan ada yang salto kecil.

Warga kampung heboh. “Lele Ujang bisa salto! Sakti pisan!”

Ujang makin percaya diri. Ia bikin spanduk di depan rumah: “Lele Sakti Cikembar – Bisa Salto, Bisa Ngambek, Bisa Jadi Teman Curhat.”

Suatu hari, datang wartawan lokal ingin meliput. Mereka tanya, “Apa rahasia suksesnya, Kang Ujang?”

Ujang jawab, “Sederhana. Lele itu seperti manusia. Mun dikasih makan dengan hati, dia bakal balik kasih hiburan.”

Komentar

Postingan Populer