Nenek Siti dan Sepeda Ontel Berbisik
Di sebuah kampung di pinggiran Karawang, hiduplah seorang nenek bernama Siti yang terkenal bukan karena kaya, bukan pula karena cantik, tapi karena sepeda ontelnya yang konon bisa “berbisik.” Sepeda itu sudah tua, warnanya hijau pudar, dan bunyinya kalau dikayuh mirip suara orang ngambek: “kreek... kreek...”
Suatu pagi, Nenek Siti hendak pergi ke pasar. Ia mengenakan kebaya biru dan kain batik Karawang yang sudah agak lusuh, tapi tetap anggun. Ia naik sepeda ontelnya dengan semangat, sambil membawa keranjang rotan berisi pisang dan daun singkong.
Di tengah jalan, ia bertemu Pak Ujang, tetangga yang suka nguping tapi sok bijak.
“Nek, sepeda ontel itu masih kuat?” tanya Pak Ujang sambil mengunyah sirih.
“Masih, Pak. Sepeda ini kalau capek, dia bisik-bisik ke saya,” jawab Nenek Siti sambil tersenyum.
Pak Ujang mengernyit. “Bisik apa, Nek?”
“Katanya, ‘Nek, jangan ngebut. Aku bukan motor, aku ontel!’” jawab Nenek Siti.
Pak Ujang tertawa sampai sirihnya hampir jatuh. “Wah, sepeda ontel Karawang bisa ngomong. Hebat!”
Di pasar, Nenek Siti parkir sepeda di dekat warung Bu Euis. Tapi karena remnya sudah tua, sepeda itu malah meluncur pelan dan menabrak tumpukan kol.
Bu Euis teriak, “Nek! Kol saya jadi gepeng!”
Nenek Siti tenang saja. “Tenang, Bu. Kol gepeng itu cocok buat urap. Sepeda saya memang tahu selera pasar.”
Orang-orang di pasar tertawa. Sejak hari itu, sepeda ontel Nenek Siti dijuluki “Ontel Cerdas Karawang.” Bahkan anak-anak kampung sering minta diajak keliling kampung naik sepeda itu, berharap bisa mendengar bisikan ajaibnya.
Suatu hari, sepeda itu benar-benar mogok di tengah jalan. Nenek Siti turun, menepuk-nepuk sadel, lalu berkata pelan, “Sudah ya, Ontel. Kamu pensiun. Besok kita beli sepeda listrik.”
Sepeda ontel itu diam. Tapi konon, malam harinya, warga mendengar suara “kreek... kreek...” dari gudang Nenek Siti. Mungkin itu suara rindu. Atau mungkin, sepeda ontel Karawang memang tak pernah benar-benar pensiun.


Komentar
Posting Komentar