Mang Dudung dan Domba Sakti dari Cijambe
Di sebuah kampung di lereng Subang, tepatnya di daerah Cijambe yang sejuk dan penuh kebun teh, hiduplah seorang peternak domba bernama Mang Dudung. Ia terkenal bukan karena jumlah dombanya, tapi karena satu ekor domba yang katanya bisa “ngerti bahasa manusia.” Namanya Si Gendut, domba paling bulat dan paling malas di kampung.
Suatu hari, Mang Dudung hendak membawa Si Gendut ke pasar hewan. Ia sudah siap dengan sarung, iket kepala, dan sandal jepit yang satu putus, satu masih utuh. Tapi Si Gendut malah duduk di tengah jalan, tidak mau jalan.
“Gendut, urang ka pasar. Hayu atuh!” kata Mang Dudung.
Si Gendut hanya mengembik pelan, lalu memalingkan muka ke arah warung kopi.
“Eta mah hayang ngopi heula,” kata Mang Dudung sambil geleng-geleng.
Warga kampung yang lewat pun tertawa. “Mang, domba nu sakti, bisa milih menu kopi?”
Mang Dudung tidak menyerah. Ia beli kopi sachet, tuang ke gelas plastik, lalu taruh di depan Si Gendut. Ajaibnya, Si Gendut langsung berdiri dan jalan pelan-pelan ke pasar.
Di pasar, pembeli mulai berdatangan. Tapi setiap kali ada yang menawar, Si Gendut malah duduk dan mengembik keras.
“Eta mah teu cocok,” kata Mang Dudung. “Si Gendut bisa milih majikan, kudu nu sabar jeung teu suka ngutang.”
Akhirnya datang seorang ibu dari kampung sebelah, Bu Enah, yang membawa pisang rebus dan senyum manis. Si Gendut langsung berdiri dan mendekat.
“Wah, cocok pisan,” kata Mang Dudung. “Domba nu bisa milih majikan, nu penting aya pisang.”



Komentar
Posting Komentar