Di sebuah gang sempit di daerah Cicadas, Bandung, tinggallah seorang pemuda bernama Asep yang punya cita-cita mulia: ingin jadi pengusaha cilok sukses. Tapi cilok buatan Asep punya keunikan—teksturnya begitu kenyal sampai bisa mental kalau dilempar ke tembok. Warga menyebutnya “cilok terbang.”

Suatu hari, Asep buka lapak di pinggir jalan, lengkap dengan gerobak yang dicat warna pink karena katanya “biar beda.” Ia teriak, “Cilok terbang! Cilok rasa cinta! Cilok anti gagal!”

Datanglah Mang Otong, tukang ojek yang penasaran. “Cilok rasa cinta? Emang bisa bikin move on?”

Asep dengan bangga menjawab, “Bisa, Mang. Cilok ini kalau dimakan, mantan langsung lupa!”

Mang Otong beli satu tusuk, gigit satu cilok, lalu tiba-tiba terdiam. “Eh, beneran, Asep. Naha kuring poho ngaran mantan?”

Asep tertawa, “Eta mah bukan cilok, Mang. Eta mah efek sambel setan!”

Tak lama kemudian, datang anak-anak kampung yang ingin main cilok terbang. Mereka ambil satu cilok, lempar ke tembok, dan ciloknya mental balik ke kepala Asep.

“Waduh! Ciloknya balik deui! Sakti pisan!” teriak anak-anak.

Asep garuk-garuk kepala. “Eta cilok mah bukan buat main, buat dimakan. Tapi mun bisa mental, bonus hiburan.”

Keesokan harinya, Asep viral di media sosial. Video cilok mentalnya ditonton ribuan orang. Ia diundang ke acara TV lokal Bandung, ditanya resep rahasia ciloknya.

“Resepna sederhana,” kata Asep. “Campur tepung, air, cinta, jeung harapan nu teu pernah lulus SBMPTN.”

Komentar

Postingan Populer